Langsung ke konten utama

Goresan Tinta di Ujung Tahun / Izza Nur Laila, S.Ag.

Desember selalu hadir sebagai penutup tahun yang penuh renungan. Bagi seorang guru, khususnya guru mata pelajaran Al-Qur'an Hadits, bulan ini bukan sekadar pergantian waktu, tetapi momentum kembali menata hati, menilai amal, dan menyusun langkah menuju tahun berikutnya. Dalam perjalanan panjang selama satu tahun pembelajaran, banyak cerita, perjuangan, dan hikmah yang patut diabadikan menjadi goresan tinta penuh pelajaran. Dalam perspektif ajaran Islam, setiap pergantian waktu sesungguhnya merupakan tanda kebesaran Allah. Allah berfirman dalam QS. Yunus ayat 6, "Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang, dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan bumi, terdapat tanda-tanda bagi kaum yang bertakwa." Ayat ini mengingatkan bahwa hadirnya bulan Desember sebagai akhir tahun adalah kesempatan bagi pendidik dan peserta didik untuk merenungi perjalanan hidup. Apa yang sudah dilakukan? Apa yang masih tertunda? Dan apa yang harus diperbaiki? Sebagai guru Al-Qur'an...

JANGAN LEPASKAN PRESTASIMU DENGAN ETIKA DAN ESTETIKA


Prestasi adalah Salah satu ungkapan responsif yang sangat menyenangkan bagi seseorang yang mendengarnya karena prestasi itu sendiri merupak tanda dan wujud nyata dari seseorang yang telah berhasil menorehkan kemampuanya dalam berbagai bidang yang telah ditekuninya dimuka umum,prestasi bukanlah hal yang sepele dan bukanlah hanya sebuat retorika nama yang dicantumkan dan dikalungkan dileher seseorang namun lebih dari itu, hal itu merupakan tanda bukti otentik dari keberhasilan seseorang dalam sebuah even kegiatan. seseorang dikatakan  berhasil apabila dapat menunjukkan kemampuannya dan bukti otentik  dimuka umum,prestasi bisa dimiliki siapa saja yang berkenan asalkan mampu mengembangkan kelebihan atau kemampuannya diatas orang lain.

Dalam mencapai prestasi, seseorang tidak hanya membutuhkan kemampuan intelektual, keterampilan teknis, atau kerja keras semata. Ada dua aspek penting yang seringkali terlupakan namun sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam jangka panjang, yaitu etika dan estetika. Etika berkaitan dengan nilai-nilai moral, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan norma sosial / kemayarakatan , sedangkan estetika mencerminkan keindahan dalam cara berpikir, bertindak, dan berkomunikasi. Keduanya membentuk karakter dan citra diri yang utuh dan tangguh

Etika menjadi fondasi utama dalam proses meraih prestasi. Tanpa etika, pencapaian yang diraih bisa jadi tidak memiliki makna, bahkan merugikan orang lain. Misalnya, seorang siswa yang mendapat nilai tinggi karena mencontek tentu tidak bisa dikatakan berprestasi dengan benar. Prestasi sejati diraih melalui proses yang jujur, disiplin, tanggung jawab, dan menghargai hak orang lain. Dalam dunia kerja, etika juga sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam membangun relasi, kepercayaan, dan reputasi profesional.

Sementara itu, estetika memberikan nilai tambah dalam pencapaian prestasi. Estetika bukan hanya soal penampilan fisik, tetapi juga mencakup cara berkomunikasi, menyampaikan ide, hingga menyusun karya. Misalnya, seorang penulis yang memiliki kemampuan bahasa yang baik dan gaya penyampaian yang menarik tentu lebih diapresiasi. Dalam dunia seni, desain, bahkan bisnis, unsur estetika menjadi salah satu daya tarik utama yang membuat sebuah karya atau produk lebih unggul dibandingkan yang lain.

Keseimbangan antara etika dan estetika menciptakan pribadi yang berprestasi secara utuh. Prestasi yang dicapai dengan cara yang benar dan disajikan dengan cara yang indah akan meninggalkan kesan positif yang mendalam. Individu seperti ini tidak hanya dihargai karena keberhasilannya, tetapi juga karena kepribadiannya.

Di era modern ini, kompetisi semakin ketat dan tantangan semakin kompleks. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu, terutama generasi muda, untuk membangun prestasi yang berlandaskan etika dan diperkaya dengan estetika. Dunia tidak hanya membutuhkan orang-orang cerdas, tetapi juga orang-orang yang bijak dan berintegritas. Dengan mengedepankan etika dan estetika, prestasi yang diraih akan lebih bermakna dan berdampak positif bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

Kesimpulannya, berprestasi bukan hanya soal hasil akhir, tetapi juga tentang bagaimana proses itu dijalani. Etika dan estetika adalah dua unsur yang saling melengkapi dalam membentuk karakteristik seseorang dalam menjalani segala aktifitas yang ditorehkan.k

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan: Pondasi Pembentukan Karakter dan Kepribadian Bangsa

Pendidikan merupakan elemen penting dalam membentuk karakter dan kepribadian suatu bangsa. Tidak hanya sekadar proses transfer pengetahuan, pendidikan juga berfungsi sebagai dasar pembentukan nilai-nilai moral, etika, dan identitas yang akan menjadi panduan hidup masyarakat di masa depan. Di Indonesia, pendidikan memegang peranan strategis dalam membentuk karakter bangsa yang bermartabat, toleran, dan berkepribadian kuat, serta mampu bersaing dalam kancah global. Karakter bangsa yang kokoh berawal dari pendidikan yang berkualitas dan berbasis nilai-nilai luhur. Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada pembentukan sikap, perilaku, dan kemampuan berinteraksi yang baik dalam masyarakat. Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi, harus dapat menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, gotong-royong, dan cinta tanah air. Nilai-nilai ini akan me...

"Healing" Liburan, "Gass" PPG! / Enki Dani Nugroho, S.Pd. M.Pd.

Libur semester seringkali identik dengan waktu untuk santai, tidur lebih lama, jalan-jalan, atau sekadar rebahan tanpa merasa bersalah. Tapi bagi peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG), liburan bukan berarti sepenuhnya berhenti dari perjuangan. Inilah momen "healing", tapi tetap gass alias tetap produktif dengan cara yang menyenangkan dan tidak menguras tenaga seperti biasanya. Healing bukan sekadar pelesiran ke tempat wisata, tetapi bagaimana mengistirahatkan pikiran dari tekanan, sekaligus tetap menjaga ritme semangat belajar. Jadi, meski liburan, peserta PPG bisa tetap menyusun rencana, membuka kembali catatan materi, atau mengulas portofolio secara santai. Caranya? Duduk di teras rumah, ditemani secangkir kopi dan suara alam, sambil baca modul atau nonton ulang rekaman perkuliahan. Serius tapi santai, gass tapi tetap healing!. Bagi sebagian peserta, healing justru datang saat bisa berkarya di tengah liburan. Membuat media ajar interaktif, mencoba AI dalam menyusun bahan pe...