Desember selalu hadir sebagai bulan yang sarat makna. Ia bukan sekadar penutup tahun, tetapi juga ruang untuk merenung, bersyukur, dan menata kembali langkah yang telah ditempuh. Tahun 2025 menjadi perjalanan yang luar biasa penuh dinamika, tantangan, sekaligus keberkahan yang patut dirayakan. Salah satu anugerah terbesar di awal tahun 2025 adalah ketika saya terpilih menjadi mahasiswa PPG dan dikukuhkan secara resmi oleh Rektor UIN Ar Raniry Banda Aceh melalui zoom meeting . Momen itu menjadi batu loncatan penting dalam perjalanan profesional saya sebagai seorang pendidik. Dengan rasa haru dan bangga, saya menyadari bahwa amanah baru itu bukan hanya kehormatan, tetapi juga tanggung jawab besar untuk terus berkembang. Sepanjang tahun ini, berbagai pengalaman hadir silih berganti ada yang menguatkan, ada yang menguji keteguhan hati. Namun, setiap langkah yang terlalui membentuk pribadi yang lebih matang. Saya belajar lebih banyak tentang kesabaran, komitmen, dan arti sesungguhnya menja...
Umburejo – Suasana Desa Umburejo berubah menjadi lautan manusia pada Sabtu pagi (tanggal 30 Agustus 2025), saat warga dari berbagai penjuru desa memadati jalan utama untuk mengikuti karnaval budaya tahunan. Tahun ini, karnaval mengangkat tema yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya — "Napak Tilas Sejarah Bangsa", dengan fokus khusus pada kisah Romusha, sebuah babak kelam dalam sejarah penjajahan Jepang di Indonesia.
Salah satu penampilan paling menyita perhatian datang dari kelompok pemuda Dusun Sidomulyo RT 13 RW 13), yang secara dramatis membawakan teatrikal Romusha. Dengan kostum lusuh, tubuh penuh bedak menyerupai keringat dan debu, serta wajah yang memancarkan kelelahan, mereka memerankan para pekerja paksa yang dipekerjakan secara brutal oleh penjajah Jepang pada masa Perang Dunia II.
Barisan ini dibuka dengan suara pukulan bambu dan teriakan tentara Jepang (diperankan oleh peserta karnaval), mengiringi "buruh Romusha" yang membangun rel kereta api,dan ada ibu-ibu untuk memberi makan rakyat jelata tetapi oleh tentara jepang ditendang makanya hingga makanannya tumpah.
Meskipun tema Romusha membawa nuansa serius, karnaval tetap menjadi panggung beragam kreativitas. Barisan lain menampilkan budaya lokal seperti tari jathilan, barongan, reog, dan pakaian adat Nusantara, menciptakan harmoni antara edukasi sejarah dan kekayaan tradisi Beberapa kelompok memilih menggabungkan unsur modern dan tradisional, seperti kendaraan hias yang menggambarkan transisi dari masa penjajahan ke masa kemerdekaan — lengkap dengan bendera merah putih dan lagu perjuangan yang menggema sepanjang rute.

Komentar
Posting Komentar