Langsung ke konten utama

Goresan Tinta di Ujung Tahun / Izza Nur Laila, S.Ag.

Desember selalu hadir sebagai penutup tahun yang penuh renungan. Bagi seorang guru, khususnya guru mata pelajaran Al-Qur'an Hadits, bulan ini bukan sekadar pergantian waktu, tetapi momentum kembali menata hati, menilai amal, dan menyusun langkah menuju tahun berikutnya. Dalam perjalanan panjang selama satu tahun pembelajaran, banyak cerita, perjuangan, dan hikmah yang patut diabadikan menjadi goresan tinta penuh pelajaran. Dalam perspektif ajaran Islam, setiap pergantian waktu sesungguhnya merupakan tanda kebesaran Allah. Allah berfirman dalam QS. Yunus ayat 6, "Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang, dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan bumi, terdapat tanda-tanda bagi kaum yang bertakwa." Ayat ini mengingatkan bahwa hadirnya bulan Desember sebagai akhir tahun adalah kesempatan bagi pendidik dan peserta didik untuk merenungi perjalanan hidup. Apa yang sudah dilakukan? Apa yang masih tertunda? Dan apa yang harus diperbaiki? Sebagai guru Al-Qur'an...

MTs Anti-Perundungan (Bullying): Protokol Pencegahan dan Penanganan Kasus yang Efektif / Dendie Bagus Windiar

Perundungan (bullying) di lingkungan sekolah, termasuk Madrasah Tsanawiyah (MTs), merupakan salah satu persoalan serius yang dapat mengganggu iklim belajar dan perkembangan peserta didik. Bullying bukan hanya dalam bentuk kekerasan fisik, tetapi juga bisa berupa kekerasan verbal, psikologis, sosial, maupun perundungan berbasis teknologi (cyberbullying). Dampak yang ditimbulkan tidak hanya merugikan korban, melainkan juga dapat menciptakan budaya negatif di sekolah jika tidak ditangani secara serius. Oleh karena itu, dibutuhkan protokol pencegahan dan penanganan kasus bullying yang efektif agar madrasah benar-benar menjadi lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan ramah anak.

Pencegahan Perundungan

Langkah pencegahan lebih utama daripada sekadar penanganan. Madrasah perlu memiliki program terencana untuk membangun budaya anti-perundungan. Pertama, penguatan pendidikan karakter melalui pembiasaan nilai-nilai akhlak mulia, saling menghormati, dan empati antar-siswa. Guru dapat menanamkan kesadaran ini melalui kegiatan pembelajaran, nasihat harian, maupun contoh keteladanan.

Kedua, sosialisasi tentang bahaya bullying. Siswa, guru, tenaga kependidikan, hingga orang tua perlu diberi pemahaman mengenai bentuk-bentuk perundungan dan dampaknya. Dengan demikian, mereka dapat mengenali sejak dini dan mencegah tindakan tersebut.

Ketiga, membangun sistem komunikasi yang terbuka. Madrasah dapat menyediakan kotak aspirasi, nomor pengaduan, atau layanan konseling yang mudah diakses oleh siswa. Hal ini penting agar peserta didik merasa memiliki tempat yang aman untuk bercerita tanpa takut dihakimi.

Penanganan Kasus Bullying

Jika kasus bullying terjadi, madrasah harus memiliki protokol penanganan yang jelas, cepat, dan tepat. Tahapan yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Identifikasi dan Pelaporan Kasus
    Semua pihak, baik siswa, guru, maupun staf, harus dilatih untuk segera melaporkan kasus perundungan yang diketahui atau dialami. Mekanisme pelaporan harus sederhana, rahasia, dan melindungi korban.

  2. Investigasi dan Klarifikasi
    Tim khusus (misalnya tim konselor, guru BK, atau tim perlindungan anak madrasah) melakukan investigasi untuk menggali keterangan dari korban, pelaku, dan saksi. Proses ini harus objektif, adil, dan tidak mempermalukan pihak manapun.

  3. Pendampingan Korban
    Korban harus mendapatkan perlindungan, rasa aman, serta layanan konseling untuk memulihkan kondisi psikologisnya. Dukungan dari guru dan teman sebaya juga penting agar korban tidak merasa sendirian.

  4. Pembinaan Pelaku
    Pelaku bullying bukan semata-mata untuk dihukum, melainkan juga dibina agar memahami kesalahan dan tidak mengulangi perbuatannya. Pendekatan edukatif, konseling, hingga keterlibatan orang tua sangat penting dalam proses pembinaan ini.

  5. Sanksi Edukatif dan Restoratif
    Madrasah dapat memberikan sanksi sesuai aturan, namun tetap mengedepankan prinsip edukasi. Restorative justice atau keadilan restoratif bisa diterapkan, yaitu mempertemukan pelaku dan korban untuk berdamai dengan bimbingan guru atau konselor.

Penutup

Pencegahan dan penanganan bullying di MTs membutuhkan komitmen bersama dari seluruh warga madrasah, termasuk siswa, guru, orang tua, dan pimpinan sekolah. Dengan protokol yang jelas, lingkungan belajar akan lebih aman, harmonis, dan kondusif. Madrasah bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga ruang pembentukan karakter yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan akhlak mulia. Dengan demikian, MTs benar-benar menjadi sekolah ramah anak yang menolak segala bentuk perundungan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan: Pondasi Pembentukan Karakter dan Kepribadian Bangsa

Pendidikan merupakan elemen penting dalam membentuk karakter dan kepribadian suatu bangsa. Tidak hanya sekadar proses transfer pengetahuan, pendidikan juga berfungsi sebagai dasar pembentukan nilai-nilai moral, etika, dan identitas yang akan menjadi panduan hidup masyarakat di masa depan. Di Indonesia, pendidikan memegang peranan strategis dalam membentuk karakter bangsa yang bermartabat, toleran, dan berkepribadian kuat, serta mampu bersaing dalam kancah global. Karakter bangsa yang kokoh berawal dari pendidikan yang berkualitas dan berbasis nilai-nilai luhur. Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada pembentukan sikap, perilaku, dan kemampuan berinteraksi yang baik dalam masyarakat. Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi, harus dapat menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, gotong-royong, dan cinta tanah air. Nilai-nilai ini akan me...

"Healing" Liburan, "Gass" PPG! / Enki Dani Nugroho, S.Pd. M.Pd.

Libur semester seringkali identik dengan waktu untuk santai, tidur lebih lama, jalan-jalan, atau sekadar rebahan tanpa merasa bersalah. Tapi bagi peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG), liburan bukan berarti sepenuhnya berhenti dari perjuangan. Inilah momen "healing", tapi tetap gass alias tetap produktif dengan cara yang menyenangkan dan tidak menguras tenaga seperti biasanya. Healing bukan sekadar pelesiran ke tempat wisata, tetapi bagaimana mengistirahatkan pikiran dari tekanan, sekaligus tetap menjaga ritme semangat belajar. Jadi, meski liburan, peserta PPG bisa tetap menyusun rencana, membuka kembali catatan materi, atau mengulas portofolio secara santai. Caranya? Duduk di teras rumah, ditemani secangkir kopi dan suara alam, sambil baca modul atau nonton ulang rekaman perkuliahan. Serius tapi santai, gass tapi tetap healing!. Bagi sebagian peserta, healing justru datang saat bisa berkarya di tengah liburan. Membuat media ajar interaktif, mencoba AI dalam menyusun bahan pe...