Desember selalu hadir sebagai bulan yang sarat makna. Ia bukan sekadar penutup tahun, tetapi juga ruang untuk merenung, bersyukur, dan menata kembali langkah yang telah ditempuh. Tahun 2025 menjadi perjalanan yang luar biasa penuh dinamika, tantangan, sekaligus keberkahan yang patut dirayakan. Salah satu anugerah terbesar di awal tahun 2025 adalah ketika saya terpilih menjadi mahasiswa PPG dan dikukuhkan secara resmi oleh Rektor UIN Ar Raniry Banda Aceh melalui zoom meeting . Momen itu menjadi batu loncatan penting dalam perjalanan profesional saya sebagai seorang pendidik. Dengan rasa haru dan bangga, saya menyadari bahwa amanah baru itu bukan hanya kehormatan, tetapi juga tanggung jawab besar untuk terus berkembang. Sepanjang tahun ini, berbagai pengalaman hadir silih berganti ada yang menguatkan, ada yang menguji keteguhan hati. Namun, setiap langkah yang terlalui membentuk pribadi yang lebih matang. Saya belajar lebih banyak tentang kesabaran, komitmen, dan arti sesungguhnya menja...
Istilah dalam dunia pendidikan modern, kemampuan berpikir tentang cara berpikir atau yang dikenal dengan istilah metakognisi, menjadi salah satu keterampilan penting yang perlu dikembangkan pada peserta didik. Terutama di lingkungan madrasah, penerapan metakognisi memiliki nilai lebih, karena tidak hanya menumbuhkan kecerdasan intelektual, tetapi juga membentuk kecerdasan spiritual dan emosional. Konsep "Metakognisi Senang" di madrasah menggambarkan suasana belajar di mana siswa mampu mengenali, mengatur, dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri dengan rasa gembira, tanpa tekanan, serta berlandaskan nilai-nilai Islami.
Siswa yang memiliki metakognisi senang bukan hanya pandai memahami materi, tetapi juga mampu mengontrol cara belajar mereka. Mereka menyadari kapan harus bertanya, kapan perlu mengulang, dan bagaimana strategi terbaik untuk memahami pelajaran. Di madrasah, keterampilan ini diperkuat melalui pembiasaan refleksi setelah pembelajaran, seperti menulis jurnal belajar, berdiskusi dalam kelompok kecil, atau melakukan (self-assessment). Melalui cara ini, siswa tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif, tetapi juga aktif membangun pemahamannya sendiri.
Kegembiraan (joy of learning) menjadi unsur penting dalam metakognisi senang. Ketika siswa merasa bahagia saat belajar, hormon positif dalam tubuh seperti dopamin meningkat, yang pada akhirnya memperkuat daya ingat dan motivasi. Guru madrasah memiliki peran besar dalam menciptakan suasana tersebut, misalnya dengan mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, menggunakan metode pembelajaran aktif, serta menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah dalam setiap proses belajar. Dengan demikian, belajar bukan sekadar kewajiban, tetapi menjadi bentuk ibadah yang menyenangkan.
Selain itu, metakognisi senang menumbuhkan kemandirian dan tanggung jawab dalam diri siswa. Mereka terbiasa menetapkan tujuan belajar, memantau kemajuan, serta memperbaiki kesalahan dengan sikap positif. Di lingkungan madrasah, sikap ini sejalan dengan nilai Mujahadah An-Nafs (bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu), karena siswa dilatih untuk disiplin dan berfikir jernih dalam menghadapi tantangan akademik maupun spiritual.
Pada akhirnya, "Metakognisi Senang" bukan hanya tentang teknik belajar, tetapi juga tentang membentuk karakter pelajar madrasah yang sadar diri, reflektif, dan bersemangat menuntut ilmu. Dengan pendekatan ini, madrasah menjadi tempat tumbuhnya generasi berilmu yang berpikir kritis, berakhlak mulia, serta mampu menebarkan kebahagiaan dalam proses belajar sepanjang hayat.
Komentar
Posting Komentar