Langsung ke konten utama

Desember: Penghujung Tahun yang Penuh Berkah (By Nala Arwi)

Desember selalu hadir sebagai bulan yang sarat makna. Ia bukan sekadar penutup tahun, tetapi juga ruang untuk merenung, bersyukur, dan menata kembali langkah yang telah ditempuh. Tahun 2025 menjadi perjalanan yang luar biasa penuh dinamika, tantangan, sekaligus keberkahan yang patut dirayakan. Salah satu anugerah terbesar di awal tahun 2025 adalah ketika saya terpilih menjadi mahasiswa PPG dan dikukuhkan secara resmi oleh Rektor UIN Ar Raniry Banda Aceh melalui  zoom meeting . Momen itu menjadi batu loncatan penting dalam perjalanan profesional saya sebagai seorang pendidik. Dengan rasa haru dan bangga, saya menyadari bahwa amanah baru itu bukan hanya kehormatan, tetapi juga tanggung jawab besar untuk terus berkembang. Sepanjang tahun ini, berbagai pengalaman hadir silih berganti ada yang menguatkan, ada yang menguji keteguhan hati. Namun, setiap langkah yang terlalui membentuk pribadi yang lebih matang. Saya belajar lebih banyak tentang kesabaran, komitmen, dan arti sesungguhnya menja...

Panca Cinta dalam KBC sebagai Inovasi Pembelajaran di Abad 21 by Hermawan Supriyadi, S.Pd., M.Pd.




Dalam dinamika pendidikan abad ke-21, sekolah dituntut untuk melahirkan generasi yang bukan hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga memiliki karakter kuat, berakhlak mulia, serta mampu berkontribusi positif dalam kehidupan sosial. Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) hadir sebagai salah satu pendekatan inovatif yang menempatkan nilai cinta sebagai pusat proses pembelajaran. Salah satu konsep utama dalam KBC adalah 
Panca Cinta, yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada Rasul, cinta kepada orang tua, cinta kepada sesama, dan cinta kepada lingkungan. Panca Cinta mampu menjadi pondasi transformatif dalam pembelajaran karena menekankan pembentukan karakter sekaligus memperkuat motivasi intrinsik siswa.

Pertama, cinta kepada Allah menjadi dasar ketakwaan dan kesadaran spiritual dalam diri peserta didik. Dalam konteks pembelajaran, nilai ini mendorong siswa untuk belajar bukan hanya karena tuntutan akademik, melainkan sebagai bentuk ibadah dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan. Guru dapat mengintegrasikan nilai ini melalui kegiatan seperti refleksi, pembiasaan doa, serta memberikan pemahaman bahwa ilmu merupakan cahaya yang harus dimanfaatkan untuk kebaikan. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih bermakna karena memiliki orientasi spiritual yang jelas.

Kedua, cinta kepada Rasul mengajarkan teladan akhlak mulia. Keteladanan Rasulullah SAW dalam kejujuran, amanah, kerja keras, dan kasih sayang dapat diintegrasikan ke dalam materi dan aktivitas kelas. Pembelajaran menjadi inovatif ketika guru menghadirkan praktik nyata, seperti proyek akhlak, roleplay keteladanan, atau diskusi tentang hadis-hadis yang relevan dengan kehidupan siswa. Hal ini membantu peserta didik memahami bahwa akhlak bukan hanya materi, tetapi harus diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

Ketiga, cinta kepada orang tua memperkuat hubungan emosional antara siswa dan keluarga. Dalam KBC, pembelajaran tidak berhenti di sekolah, tetapi melibatkan dialog dan kolaborasi antara siswa dan orang tua. Guru dapat membuat tugas yang mendorong interaksi positif, seperti proyek "cerita pengorbanan orang tua" atau kegiatan bakti keluarga. Nilai ini menumbuhkan empati, rasa hormat, dan kesadaran tanggung jawab dalam diri peserta didik.

Keempat, cinta kepada sesama membangun budaya sekolah yang harmonis dan inklusif. Nilai ini dapat diinternalisasikan melalui aktivitas kolaboratif, peer teaching, dan project-based learning yang menekankan kerja sama dan solidaritas. Ketika siswa terbiasa menghargai teman, membantu yang kesulitan, dan berinteraksi tanpa diskriminasi, maka tercipta lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan. Inilah wujud nyata pembelajaran berbasis cinta yang memberi ruang tumbuh bagi setiap peserta didik.

Kelima, cinta kepada lingkungan menjadi modal penting di era krisis iklim. Integrasi nilai ini dapat diwujudkan melalui proyek-proyek ramah lingkungan, kegiatan praktik seperti bank sampah, hidroponik, atau gerakan Jumat bersih. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami konsep sains atau geografi, tetapi juga memiliki kesadaran ekologis dan tanggung jawab menjaga bumi.

Secara keseluruhan, Panca Cinta dalam Kurikulum Berbasis Cinta merupakan bentuk inovasi pembelajaran yang menyentuh aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara harmonis. Pembelajaran tidak lagi sebatas transfer pengetahuan, tetapi menjadi proses pembentukan karakter yang menyeluruh. Dengan mengimplementasikan Panca Cinta, guru mampu menghadirkan pembelajaran yang bermakna, penuh kasih, relevan dengan kebutuhan zaman, serta menyiapkan generasi yang cerdas sekaligus berakhlak mulia. Dengan demikian, KBC menjadi kontribusi penting dalam mewujudkan pendidikan yang humanis dan transformatif.


@November 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan: Pondasi Pembentukan Karakter dan Kepribadian Bangsa

Pendidikan merupakan elemen penting dalam membentuk karakter dan kepribadian suatu bangsa. Tidak hanya sekadar proses transfer pengetahuan, pendidikan juga berfungsi sebagai dasar pembentukan nilai-nilai moral, etika, dan identitas yang akan menjadi panduan hidup masyarakat di masa depan. Di Indonesia, pendidikan memegang peranan strategis dalam membentuk karakter bangsa yang bermartabat, toleran, dan berkepribadian kuat, serta mampu bersaing dalam kancah global. Karakter bangsa yang kokoh berawal dari pendidikan yang berkualitas dan berbasis nilai-nilai luhur. Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada pembentukan sikap, perilaku, dan kemampuan berinteraksi yang baik dalam masyarakat. Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi, harus dapat menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, gotong-royong, dan cinta tanah air. Nilai-nilai ini akan me...

"Healing" Liburan, "Gass" PPG! / Enki Dani Nugroho, S.Pd. M.Pd.

Libur semester seringkali identik dengan waktu untuk santai, tidur lebih lama, jalan-jalan, atau sekadar rebahan tanpa merasa bersalah. Tapi bagi peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG), liburan bukan berarti sepenuhnya berhenti dari perjuangan. Inilah momen "healing", tapi tetap gass alias tetap produktif dengan cara yang menyenangkan dan tidak menguras tenaga seperti biasanya. Healing bukan sekadar pelesiran ke tempat wisata, tetapi bagaimana mengistirahatkan pikiran dari tekanan, sekaligus tetap menjaga ritme semangat belajar. Jadi, meski liburan, peserta PPG bisa tetap menyusun rencana, membuka kembali catatan materi, atau mengulas portofolio secara santai. Caranya? Duduk di teras rumah, ditemani secangkir kopi dan suara alam, sambil baca modul atau nonton ulang rekaman perkuliahan. Serius tapi santai, gass tapi tetap healing!. Bagi sebagian peserta, healing justru datang saat bisa berkarya di tengah liburan. Membuat media ajar interaktif, mencoba AI dalam menyusun bahan pe...