Langsung ke konten utama

Goresan Tinta di Ujung Tahun / Izza Nur Laila, S.Ag.

Desember selalu hadir sebagai penutup tahun yang penuh renungan. Bagi seorang guru, khususnya guru mata pelajaran Al-Qur'an Hadits, bulan ini bukan sekadar pergantian waktu, tetapi momentum kembali menata hati, menilai amal, dan menyusun langkah menuju tahun berikutnya. Dalam perjalanan panjang selama satu tahun pembelajaran, banyak cerita, perjuangan, dan hikmah yang patut diabadikan menjadi goresan tinta penuh pelajaran. Dalam perspektif ajaran Islam, setiap pergantian waktu sesungguhnya merupakan tanda kebesaran Allah. Allah berfirman dalam QS. Yunus ayat 6, "Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang, dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan bumi, terdapat tanda-tanda bagi kaum yang bertakwa." Ayat ini mengingatkan bahwa hadirnya bulan Desember sebagai akhir tahun adalah kesempatan bagi pendidik dan peserta didik untuk merenungi perjalanan hidup. Apa yang sudah dilakukan? Apa yang masih tertunda? Dan apa yang harus diperbaiki? Sebagai guru Al-Qur'an...

Untaian Diksi: Guru Menginovasi dan Menginspirasi / Kholisoh Listiana


Pagi itu, di Madrasah Tsanawiyah Negeri 7 Jember, suara langkah-langkah siswa berpadu dengan riuh canda di lorong kelas. Di ruang 7A, papan tulis sudah penuh dengan angka dan simbol. Namun yang membuat suasana berbeda bukanlah rumusnya, melainkan sosok di depan kelas—Bu Kholis, guru matematika yang dikenal kreatif dan penuh semangat.

Bagi sebagian siswa, matematika adalah momok menakutkan. Tapi di tangan Bu Kholis, angka-angka seolah menari, berubah menjadi kisah yang hidup. Ia selalu berkata, "Matematika bukan sekadar hitung-hitungan, tapi cara berpikir, cara memahami kehidupan."

Hari itu, ia mengawali pelajaran dengan sesuatu yang tak biasa. Di meja setiap kelompok, sudah tersedia potongan kertas warna, tali, dan sedotan. "Hari ini kita tidak hanya belajar bangun ruang," katanya sambil tersenyum, "kita akan membangunnya."

Siswa pun bekerja sama membuat prisma dan limas dari bahan sederhana. Tawa memenuhi ruangan. Keisya, yang biasanya diam dan takut salah, kini berani bertanya. "Bu, kalau rusuknya kita tambah, volumenya berubah, ya?" tanyanya penuh rasa ingin tahu. Bu Kholis menepuk pundaknya pelan. "Pertanyaan bagus! Itulah awal dari berpikir ilmiah. Matematika bukan hafalan, tapi penemuan."

Setelah kegiatan selesai, Bu Kholis mengajak mereka keluar kelas. Ia menunjuk bayangan tiang bendera. "Sekarang kita hitung tinggi tiang ini tanpa memanjatnya." Dengan bantuan penggaris kecil dan rumus perbandingan segitiga, siswa mempraktikkan konsep trigonometri sederhana. Mereka terkesima. Matematika ternyata bisa menyatu dengan dunia nyata.

Suatu ketika, madrasah mengadakan lomba inovasi pembelajaran. Bu Kholis tidak menyiapkan alat canggih. Ia hanya membawa papan tulis digital sederhana dan sebuah permainan yang ia ciptakan sendiri: "Math Adventure Board"—permainan strategi yang menggabungkan soal matematika dengan petualangan berpikir. Setiap langkah di papan berarti satu tantangan logika, dan setiap jawaban benar membawa tim ke "zona pengetahuan baru".

Ketika juri datang menilai, siswa tampak antusias. Mereka tertawa, berdiskusi, bahkan berdebat mencari jawaban terbaik.  Bu Kholis hanya berdiri di belakang, tersenyum bangga. Ia tahu, kebahagiaan belajar adalah kemenangan sesungguhnya.

Setelah lomba, salah satu juri berkata, " Bu Kholis, Anda tak hanya mengajar matematika. Anda menanamkan cinta pada berpikir."

Sore itu, di ruang guru, Bu Kholis menulis kalimat kecil di bukunya:
"Inovasi bukan kemewahan, melainkan keberanian mengubah kebiasaan."

Beberapa tahun kemudian, banyak muridnya tumbuh menjadi orang sukses—ada yang jadi insinyur, ada yang menjadi guru. Salah satunya, Aulia, kini mengajar di madrasah yang sama. Ia menatap papan tulis yang dulu pernah penuh coretan Bu Kholis dan berbisik dalam hati,
"Terima kasih, Bu. Anda bukan hanya mengajarkan rumus, tapi makna di balik setiap angka."

Karena sejatinya, guru sejati bukan sekadar menjelaskan logika, tapi menyalakan inspirasi.
Dan di antara angka-angka yang tak pernah bohong, terselip cinta seorang guru yang menginovasi dan menginspirasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan: Pondasi Pembentukan Karakter dan Kepribadian Bangsa

Pendidikan merupakan elemen penting dalam membentuk karakter dan kepribadian suatu bangsa. Tidak hanya sekadar proses transfer pengetahuan, pendidikan juga berfungsi sebagai dasar pembentukan nilai-nilai moral, etika, dan identitas yang akan menjadi panduan hidup masyarakat di masa depan. Di Indonesia, pendidikan memegang peranan strategis dalam membentuk karakter bangsa yang bermartabat, toleran, dan berkepribadian kuat, serta mampu bersaing dalam kancah global. Karakter bangsa yang kokoh berawal dari pendidikan yang berkualitas dan berbasis nilai-nilai luhur. Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada pembentukan sikap, perilaku, dan kemampuan berinteraksi yang baik dalam masyarakat. Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi, harus dapat menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, gotong-royong, dan cinta tanah air. Nilai-nilai ini akan me...

"Healing" Liburan, "Gass" PPG! / Enki Dani Nugroho, S.Pd. M.Pd.

Libur semester seringkali identik dengan waktu untuk santai, tidur lebih lama, jalan-jalan, atau sekadar rebahan tanpa merasa bersalah. Tapi bagi peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG), liburan bukan berarti sepenuhnya berhenti dari perjuangan. Inilah momen "healing", tapi tetap gass alias tetap produktif dengan cara yang menyenangkan dan tidak menguras tenaga seperti biasanya. Healing bukan sekadar pelesiran ke tempat wisata, tetapi bagaimana mengistirahatkan pikiran dari tekanan, sekaligus tetap menjaga ritme semangat belajar. Jadi, meski liburan, peserta PPG bisa tetap menyusun rencana, membuka kembali catatan materi, atau mengulas portofolio secara santai. Caranya? Duduk di teras rumah, ditemani secangkir kopi dan suara alam, sambil baca modul atau nonton ulang rekaman perkuliahan. Serius tapi santai, gass tapi tetap healing!. Bagi sebagian peserta, healing justru datang saat bisa berkarya di tengah liburan. Membuat media ajar interaktif, mencoba AI dalam menyusun bahan pe...