Madrasah bukan sekadar tempat menuntut ilmu, tetapi juga ruang tumbuh bagi jiwa, akhlak, dan karakter peserta didik. Bagi seorang anak, madrasah idealnya menjadi rumah kedua—tempat yang aman, nyaman, dan penuh kasih sayang. Di sanalah anak belajar tanpa rasa takut, berani bertanya, berani mencoba, dan berani menjadi dirinya sendiri.
Belajar tanpa takut berarti proses pendidikan berlangsung tanpa kekerasan, baik secara fisik maupun verbal. Tidak ada ejekan, bentakan, atau perlakuan yang merendahkan martabat anak. Sebaliknya, madrasah ramah anak menghadirkan suasana yang menenangkan, dialogis, dan menghargai perbedaan. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik yang mendampingi, mendengarkan, dan memberi teladan.
Nilai-nilai P5RA (Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan lil 'Alamin) sangat relevan dalam mewujudkan madrasah ramah anak. Nilai beriman, bertakwa kepada Allah SWT, dan berakhlak mulia tercermin dari sikap saling menghormati antara guru dan siswa, serta pembiasaan berkata baik dan berperilaku santun. Ketika anak merasa dihargai, mereka akan lebih mudah meneladani akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Madrasah ramah anak juga menumbuhkan nilai gotong royong dan kebhinekaan global. Anak-anak diajak bekerja sama, saling membantu, serta menghargai perbedaan latar belakang, kemampuan, dan pendapat. Perbedaan bukanlah alasan untuk menjauh, melainkan kekuatan untuk saling melengkapi. Inilah wujud nyata pendidikan yang sejalan dengan semangat Rahmatan lil 'Alamin—memberi manfaat dan kedamaian bagi semua.
Selain itu, suasana belajar yang aman dan nyaman akan mendorong anak menjadi mandiri dan bernalar kritis. Anak tidak takut salah, karena kesalahan dipandang sebagai bagian dari proses belajar. Guru membimbing dengan sabar, mengarahkan dengan bijak, dan memberi ruang bagi kreativitas peserta didik. Dari sinilah lahir generasi yang percaya diri, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan zaman.
Pada akhirnya, madrasah ramah anak bukan sekadar program atau slogan. Ia adalah komitmen bersama untuk menghadirkan pendidikan yang memuliakan anak. Ketika madrasah benar-benar menjadi rumah kedua, belajar bukan lagi beban, melainkan kebutuhan dan kebahagiaan. Dari lingkungan yang penuh kasih inilah akan tumbuh generasi berilmu, berakhlak, dan membawa kebaikan bagi umat dan bangsa. 🌱
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar