Akhir tahun sering kali datang tanpa kita sadari. Kalender hampir habis, lembar demi lembar telah kita lewati. Desember menjadi waktu yang tepat untuk berhenti sejenak, menoleh ke belakang, dan merenungi perjalanan yang telah kita jalani. Bagi siswa madrasah tsanawiyah, satu tahun bukan hanya tentang nilai rapor, tetapi juga tentang proses belajar, perjuangan, dan pertumbuhan diri.
Dalam perjalanan itu, tidak semua hari terasa mudah. Ada tugas yang terasa berat, nilai yang tidak sesuai harapan, teguran guru yang membuat hati tidak nyaman, bahkan rasa malas yang diam-diam menghambat langkah. Semua itu bisa menjadi "luka kecil" dalam proses belajar. Namun, luka bukan untuk disesali, melainkan untuk dipelajari. Dari kegagalan, kita belajar tentang usaha. Dari kesalahan, kita belajar tentang tanggung jawab. Dan dari rasa lelah, kita belajar arti kesungguhan.
Madrasah mengajarkan bahwa belajar bukan sekadar mengisi kepala dengan ilmu, tetapi juga menata hati dengan akhlak. Ketika hasil belum sesuai harapan, Islam mengajarkan kita untuk tidak berputus asa. Allah berfirman bahwa Dia mencintai hamba yang terus berusaha dan bersabar. Maka, setiap tetes keringat saat belajar, setiap doa yang dipanjatkan sebelum ujian, dan setiap usaha memperbaiki diri adalah bagian dari ibadah.
Doa adalah kekuatan seorang pelajar madrasah. Saat buku terasa sulit dipahami, saat hafalan belum melekat di ingatan, dan saat semangat mulai menurun, doa menjadi tempat bersandar. Doa bukan pengganti usaha, tetapi penyempurna ikhtiar. Belajar dengan sungguh-sungguh lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah adalah ciri pelajar yang beriman dan berilmu.
Di ujung tahun ini, mari kita menulis kembali niat kita. Jika kemarin kita pernah lalai, hari ini kita perbaiki. Jika kemarin kita pernah menyerah, hari ini kita bangkit. Jadikan Desember sebagai titik refleksi, bukan penyesalan. Tahun boleh berganti, tetapi semangat belajar harus terus menyala.
Ingatlah, siswa madrasah adalah calon generasi berilmu dan berakhlak. Teruslah belajar, teruslah berdoa, dan jangan takut pada proses. Karena dari luka, kita belajar. Dari doa, kita tumbuh. Dan dengan izin Allah, masa depan yang berkah akan menyambut kita dengan penuh harapan.
Komentar
Posting Komentar