Langsung ke konten utama

Alam Terjaga, Masa Depan Bahagia/ Miftahur Rizal, S.Pd.

Alam Terjaga, Masa Depan Bahagia Alam adalah rumah besar bagi seluruh makhluk hidup. Dari udara yang kita hirup, air yang kita minum, hingga makanan yang kita konsumsi, semuanya berasal dari alam. Sayangnya, kesadaran manusia untuk menjaga lingkungan masih sering terabaikan. Padahal, alam yang terjaga adalah kunci utama terciptanya masa depan yang bahagia dan sejahtera bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Saat ini, kita sering menyaksikan berbagai kerusakan lingkungan di sekitar kita. Sampah berserakan, sungai yang tercemar, hutan yang gundul, dan udara yang semakin kotor menjadi pemandangan yang tidak asing. Semua itu sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia yang kurang peduli terhadap dampak perbuatannya. Jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin bencana alam seperti banjir, longsor, dan kekeringan akan semakin sering terjadi. Akibatnya, manusia sendiri yang akan merasakan kerugiannya. Menjaga alam sebenarnya bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan s...

RIKA INDARWATI/Goresan Tinta di Ujung Tahun: Desember yang Penuh Berkah dan Makna

Goresan Tinta di Ujung Tahun: Desember yang Penuh Berkah dan Makna

Desember bukan sekadar angka ke-12 di kalender atau penanda berakhirnya sebuah siklus rotasi bumi. Bagi banyak orang, Desember adalah sebuah pemberhentian sejenak—sebuah ruang tunggu yang hangat sebelum kita melompat ke gerbang waktu yang baru. Di ujung tahun ini, mari kita biarkan jemari menuliskan refleksi di atas kertas kehidupan, merangkum segala rasa yang sempat singgah.

Jika kita melihat kembali ke belakang, tahun ini mungkin terasa seperti roller coaster. Ada tawa yang pecah di sela-sela keberhasilan, namun tak jarang ada tetesan air mata yang jatuh dalam heningnya kegagalan. Namun, bukankah setiap goresan luka itu yang mendewasakan?

Desember membawa pesan bahwa keberkahan tidak selalu hadir dalam bentuk kemenangan. Terkadang, keberkahan ada pada kesehatan yang masih terjaga, keluarga yang tetap mendukung, serta napas yang masih memungkinkan kita untuk kembali mencoba besok pagi.

Sering kali kita terburu-buru menulis daftar keinginan untuk tahun depan, hingga lupa mensyukuri apa yang sudah di tangan. Di ujung Desember ini, biarkan goresan tinta kita lebih banyak berisi ucapan terima kasih daripada sekadar daftar belanjaan ambisi.

Berkat yang paling nyata adalah saat kita mampu menyadari bahwa setiap kejadian—baik yang manis maupun yang pahit—adalah bagian dari skenario Tuhan yang sempurna untuk membentuk karakter kita.


"Akhir tahun bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, melainkan jembatan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang siapa kita sebenarnya."

Mari kita tutup buku tahun ini dengan senyuman. Biarkan tinta terakhir di bulan Desember ini menjadi penutup yang indah, penuh dengan harapan bahwa tahun yang akan datang akan membawa lebih banyak cahaya dan kedamaian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan: Pondasi Pembentukan Karakter dan Kepribadian Bangsa

Pendidikan merupakan elemen penting dalam membentuk karakter dan kepribadian suatu bangsa. Tidak hanya sekadar proses transfer pengetahuan, pendidikan juga berfungsi sebagai dasar pembentukan nilai-nilai moral, etika, dan identitas yang akan menjadi panduan hidup masyarakat di masa depan. Di Indonesia, pendidikan memegang peranan strategis dalam membentuk karakter bangsa yang bermartabat, toleran, dan berkepribadian kuat, serta mampu bersaing dalam kancah global. Karakter bangsa yang kokoh berawal dari pendidikan yang berkualitas dan berbasis nilai-nilai luhur. Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada pembentukan sikap, perilaku, dan kemampuan berinteraksi yang baik dalam masyarakat. Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi, harus dapat menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, gotong-royong, dan cinta tanah air. Nilai-nilai ini akan me...

"Healing" Liburan, "Gass" PPG! / Enki Dani Nugroho, S.Pd. M.Pd.

Libur semester seringkali identik dengan waktu untuk santai, tidur lebih lama, jalan-jalan, atau sekadar rebahan tanpa merasa bersalah. Tapi bagi peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG), liburan bukan berarti sepenuhnya berhenti dari perjuangan. Inilah momen "healing", tapi tetap gass alias tetap produktif dengan cara yang menyenangkan dan tidak menguras tenaga seperti biasanya. Healing bukan sekadar pelesiran ke tempat wisata, tetapi bagaimana mengistirahatkan pikiran dari tekanan, sekaligus tetap menjaga ritme semangat belajar. Jadi, meski liburan, peserta PPG bisa tetap menyusun rencana, membuka kembali catatan materi, atau mengulas portofolio secara santai. Caranya? Duduk di teras rumah, ditemani secangkir kopi dan suara alam, sambil baca modul atau nonton ulang rekaman perkuliahan. Serius tapi santai, gass tapi tetap healing!. Bagi sebagian peserta, healing justru datang saat bisa berkarya di tengah liburan. Membuat media ajar interaktif, mencoba AI dalam menyusun bahan pe...