Desember selalu datang dengan cara yang lembut. Tidak pernah tergesa-gesa, namun selalu terasa lebih hangat meski angin sering membawa dingin. Ada sesuatu dalam Desember yang membuat kita berhenti sejenak, menoleh ke belakang, lalu menatap ke depan dengan hati yang lebih tenang. Mungkin karena Desember adalah penutup, garis akhir dari perjalanan panjang dua belas bulan yang penuh cerita. Di bulan ini, waktu seolah melambat. Langit sore terlihat lebih pucat, angin lebih pelan, dan hati lebih mudah tersentuh. Banyak orang bilang Desember adalah bulan pulang—pulang ke rumah, pulang ke keluarga, pulang kepada diri sendiri. Ada rindu yang tiba-tiba muncul begitu saja, ada ingatan yang kembali hidup tanpa diminta. Desember adalah ruang sunyi yang mengajak kita untuk merenung. Tentang langkah-langkah yang sudah ditempuh, tentang mimpi yang sempat kita usahakan, tentang luka yang mungkin belum sepenuhnya sembuh. Di bulan ini, kita belajar menerima bahwa tidak semua yang kita inginkan berha...
Sebagai seorang guru, saya sering kali mendengar keluhan dari orang tua tentang anak-anak mereka yang terlalu sibuk dengan gadget, bahkan saat liburan. Tidak sedikit siswa yang ketika ditanya tentang kegiatan liburannya hanya menjawab, "Main HP, Bu," atau "Nonton YouTube, Pak." Jujur saja, saya merasa prihatin. Padahal, masa liburan adalah waktu yang sangat berharga untuk mengembangkan diri di luar pelajaran sekolah. Karena itu, saat menjelang liburan semester lalu, saya memberikan tantangan kecil kepada para siswa: "Coba habiskan satu hari penuh tanpa gadget!". Saya minta mereka menuliskan pengalaman mereka dan akan kami bahas bersama setelah liburan berakhir. Tak saya sangka, banyak cerita menarik yang muncul. Ada siswa yang menghabiskan hari dengan membantu orang tuanya memasak, ada yang mengajak adiknya bermain tradisional, bahkan ada yang mengunjungi neneknya dan mendengarkan cerita masa lalu. Mereka mengaku awalnya merasa bosan, tapi setelah mencoba,...